Tech Winter sudah terjadi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Sudah banyak bisnis yang terpengaruh, baik secara minor maupun merasakan dampak yang tidak bisa diperbaiki. Yang perlu diperhatikan adalah: seberapa lama dan âdalamâ kondisi ini akan berlangsung?
Salah satu contoh krisis yang pernah terjadi adalah The Great Recession tahun 2008 menyebabkan terjadinya krisis keuangan jangka panjang, mendorong bank sentral untuk menerapkan kebijakan suku bunga rendah, dan menyerap banyak obligasi pemerintah sehingga pemerintah dapat menambah utang baru tanpa khawatir tentang kenaikan suku bunga. Dampak jangka panjang yang terjadi adalah lonjakan harga properti yang drastis dalam waktu yang singkat, dan terjadinya krisis finansial global.
Hal yang sama berlaku untuk kenaikan signifikan dari saham Big Tech, dimana banyak uang yang mengalir ke pasar saham dan terutama saham teknologi. Sebagai sektor yang dalam masa pertumbuhan, suku bunga rendah memberi mereka keuntungan jangka panjang karena pasar seharusnya mendiskon penghasilan masa depan. Keuntungan di masa depan bernilai lebih rendah dibandingkan dengan keuntungan di masa sekarang.
Peran Inflasi Dalam Percepatan Tech Winter?
Inflasi memaksa bank sentral untuk menaikkan suku bunga, dan hasil antisipasi pasar saham mengakibatkan saham teknologi mulai merosot. Tahun 2023 lalu, inflasi naik ke tingkat yang belum pernah terlihat sejak awal 1980-an, dipengaruhi oleh faktor pandemi, Rusia menginvasi Ukraina, harga energi melonjak, menyebabkan kejutan sistemik dalam jumlah tinggi. Dan karena energi terlibat dalam setiap aktivitas ekonomi, inflasi merayap ke semua sektor ekonomi.
Tingkat inflasi hanya akan turun setelah ekonomi beradaptasi dengan new normal. Hal tersebut memerlukan waktu, dan ketika berbicara tentang berbagai macam krisis dan terjadi dalam waktu yang sama, adaptasi menjadi lebih sulit. Dengan demikian, inflasi mungkin akan bertahan untuk beberapa waktu, dan kemungkinan akan berarti suku bunga yang lebih tinggi. Bank sentral diharapkan untuk menaikkan suku bunga hingga inflasi turun ke tingkat target 2 persen.
Sementara itu, apakah aktivitas ekonomi akan menurun (resesi, dengan kata lain)? Sejauh ini, kita belum tahu. Tetapi dalam survei baru-baru ini, sebagian besar ekonom yang disurvei mengharapkan resesi global pada tahun 2023.
Tech Winter Dapat Memperlambat Inovasi?
Apakah dampak dari inflasi terhadap tech winter? Startup dengan sektor teknologi akan lebih sulit untuk mengumpulkan modal. Semakin tinggi modal sebuah startup, semakin sulit untuk mendapatkan pendanaan dari investor. Krisis ini akan menguntungkan pemain besar yang selalu dapat menghasilkan keuntungan dengan memotong biaya (bahkan mengorbankan pertumbuhan), tetapi tidak mempengaruhi masa depan mereka.
Tech Winter yang berkelanjutan akan memperlambat inovasi teknologi, dan harga energi yang sudah semakin tinggi akan menyebabkan lebih banyak investasi dan inovasi di sektor energi. Masa green energy akan semakin dekat dengan perkembangan sektor energi, namun hal tersebut juga akan mengorbankan inovasi di sektor teknologi. Fase berikutnya dari revolusi digital mungkin tiba lebih lambat dari yang diantisipasi banyak perusahaan.
Dengan kondisi tech winter dan berbagai krisis global yang terjadi, sektor teknologi sudah mulai tidak se-menarik sebelumnya. Ekonomi global terus bertumbuh, dan perkembangan sektor energi juga akan menjadi salah satu pemicu utama perubahan bisnis kedepannya. Oleh karena itu, perusahaan dan para profesional perlu lebih berhati-hati terhadap karir kedepannya, selalu mengembangkan diri dalam profesionalitas yang dimiliki dan tidak cepat puas terhadap skill yang sudah dimiliki.